Jumat, 03 Maret 2017

Perkembangan e-Commerce Agribisnis di Indonesia



E-Commerce termasuk salah satu istilah pada “perdangan elektronik” yang berubah sejalan dengan waktu. Berkembangnya E-Commerce di Indonesia pada era globalisasi ini semakin berkembang pesat saja.
Contohnya televisi dan internet. Awalnya perdagangan elektronik merupakan aktifitas perdagangan yang memanfaatkan transaksi komersial,misalnya mengirim dokumen komersial seperti persamaan pembelian secara elektronik. Bisnis e-commerce telah menjadi bagian penting dari perkembangan internet di Indonesia. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia memperkirakan transaksi jual beli barang melalui internet (e-commerce) dari Indonesia akan menembus angka US$ 10,08 miliar. Rata-rata nilai transaksi belanja online tersebut tumbuh 40 persen setiap tahun (CNN Indonesia, 2014).
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dikutip dari CNN Indonesia (2014) mengatakan pihaknya akan menyusun draf awal Rancangan Peraturan Pemerintah untuk melindungi konsumen maupun penjual yang yang menggunakan transaksi via e-commerce. Mengutip sejumlah riset yang dilakukan di dunia terhadap perilaku pengguna internet di Indonesia, satu dari dua pengguna internet pasti akan berbelanja atau berjualan dalam waktu 12 bulan ke depan.
Bisnis e-commerce Indonesia juga telah dilirik banyak investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id dan masih banyak lagi. Sebagian dari mereka adalah contoh dari perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang meningkat. Bahkan Pemerintah China berinisiatif membuat kerjasama perdagangan berbasis e-commerce dengan negara-negara Asean, termasuk Indonesia.
Ini merupakan angka yang sangat fantastis mengingat bahwa hanya sekitar 7% dari pengguna internet di Indonesia yang pernah belanja secara online, ini berdasarkan data dari McKinsey. Dibandingkan dengan China yang sudah mencapai 30%, Indonesia memang masih tertinggal jauh, tapi perlu jumlah pengguna akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya penggunaan smartphone, penetrasi internet di Indonesia, penggunaan kartu debit dan kredit, dan tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online. Jika kita melihat Indonesia sebagai Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce adalah pasar yang berpotensi tumbuh sangat besar di Indonesia.
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Berdasarkan data dari majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, Wall Streat Journal, Event Veritrans: Rise of E-Commerce, estimasi pertumbuhan penjualan e-commerce B2C (Business to Custemer) di beberapa negara Asia dapat dilihat pada Gambar 3.1. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu menghasilkan penjualan e-commerce di atas Indonesia.

E-commerce agribisnis merupakan salah satu diversifikasi pemasaran untuk meningkatkan keuntungan. Disamping itu, aplikasinya berkembang dengan cepat mengikuti perkembangan global bisnis pertanian. Sebaliknya, kelemahan dari e commerce Agribisnis adalah tidak semua pelaku usaha pertanian mempunyai atau terakses fasilitas elektronik dan tidak semua pelaku usaha mengerti e-commerce Agribisnis karena faktor pendidikan dan sosial-ekonominya. Untuk itu, pendampingan dari para pelaku usaha professional sangat diperlukan untuk membantu para pelaku usaha pertanian (petani, peternak, nelayan) menfasilitasi penerapan e commerce sehingga dapat melakukan penjualan produk secara langsung.
Upaya pemanfaatan ecommerce, diharapkan dapat memotong mata rantai distribusi produk pertanan Indonesia, sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Konsepnya adalah, pemotongan mata rantai akan menurunkan harga pokok penjualan dari sisi distribusinya. Umumnya bahan makan pokok akan cenderung mengalami perubahan harga yang signifikan karena berbagai pengaruh. Disisi lain, harga pokok produksi (HPP) produk pertanian tidak mengalami perubahan yang signifikan, sehingga para petani sudah mempunya dasar harga yang harus mereka kenakan agar dapat memporoleh keuntungan.
Yang menjadi persoalan pada produk pertanian, harga tidak didasarkan pada HPP tetapi pada fluktuasi pasar yang diakibatkan oleh permainan di sisi distribusi barang. Akibatnya, walaupun stok barang terdapat di tingkat petani, tetapi langka di pasar, maka akan terjadi lonjakan harga yang signifikan seperti yang terjadi pada kasus daging sapi. Stok sapi di tingkat petani tidak terdistribusi kepasar dengan baik.
Diharapkan dengan lahirnya ecommerce produk pertanian, mampu meningkatkan daya saing produk pertanian lokal Indonesia. Salah satu web ecommerce produk pertanian yang sudah didirikan yaitu agrowing.co.id. Dengan mengusung semangat meningkatkan daya saing produk lokal dengan mengurangi mata rantai distribusi produk, agrowing.co.id berupaya secara aktif untuk meningkatkan konektivitas antar stecholder dibidang pertaian agar mampu bersinergi sehingga transfer teknologi dari hasil penelitian di universitas dapat diterapkan pada petani tingkat bawah melalui Dinas Pertanian setempat. Dan membantu pemasaran hasil produk melalui media online.

0 komentar:

Posting Komentar

 

TelorMataSapi Template by Ipietoon Cute Blog Design